Senin, 25 Juli 2011

Pengembangan Tanaman Tembakau Rakyat di Cindaga


PENDAHULUAN

Indonesia menduduki perinkat ke-5 sebagai negara terbesar dalam mengkonsumsi sigaret, dan diperkirakan 215 milyar sigaet dikonsumsi setiap tahunnya (Tjandra, 2006). Indonesia merupakan salah satu negara dari 10 negara penyuplai tembakau terbesar, dengan memberikan kontribusi sekitar 145.000 ton atau 2,3 % kebutuhan tembakau dunia. Sebagian besar budidaya tembakau di Indonesia berada di tiga propinsi, yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur dan Nusa Tenggara.
Tembakau merupakan komoditas penting di Indonesia sehingga mendapat perhatian dari berbagai pihak, khususnya pemerintah yang mendapat cukai dan pajak eksport tembakau cukup besar untuk menambah penerimaan negara. Pemanfaatan tembakau sebagian besar adalah untuk memenuhi kebutuhan pabrik rokok, namun di masa mendatang tembakau mempunyai prospek dimanfaatkan sebagai bahan baku obat dan pestisida. Kebutuhan tembakau di Negara-negara berkembang terus meningkat sebagai akibat dari meningkatnya konsumsi rokok 3 % per tahun. Prospek pasar tembakau di Luar Negri masih cukup baik, sehingga ada peluang menambah eksport tembakau. Peningkatan kebutuhan tembakau perlu diikuti oleh peningkatan hasil dan kualitas tanaman pada budidaya tembakau.pengembangan tanaman tembakau juga diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tembakau lokal, pabrik rokok dan bahan kebutuhan tembakau untuk dieksport. dengan demikian diperlukan keterlibatan berbagai pihak, diantaranya petani, pengusaha, pemerintah dan para peneliti baik dari perguruan tinggi maupun lembaga penelitian.
Tanaman tembakau termasuk kedalam famili Solonaceae, genus Nicotiana dan spesies Nicotiana tobacum L. Genus Nicotiana terdiri dari 60 spesies yang terbagi dalam 3 buah sub-genera, yaitu : 1) subenus Rustica meliputi 9 spesies ; 2) subgenus Tabacum melputi 6 spesies dan 3) subgenus Petunioides meliputi 45 spesies. tembakau termasuk tanaman semusim, mempunyai sistem perakaran tunggang, berbatang tegak dan lurus, pada umumnya batang tidak bercabang, kecuali apabila akan berbunga, maka pada ketiak daun atas dan tunas lateral tumbuh menjadi cabang-cabang yang disebut sulang, karena pembentukan sulang akan mengurangi pertumbyhan daun.
Tembakau tumbuh baik pada tanah yang mudah meloloskan air (well drained), namun mempunyai ikapasitas menahan air yang cukup. Tembakau merupakan tanaman yang sangat peka terhadap kelebihan air, karena dapat menyebabkan kelayuan tiba-tiba (lengger)sebagai akibat kekurangan oksigen. Tanah yang mempunyai lapian padas yang dangkal kurang sesuai untuk tembakau karena kesulitan membuang kelebihan air setelah hujan deras turun. Tanah yang ringan pada umumnya menghasilkan tembakau yang tipis dengan warna pucat serta aroma lemah, sedang pada tanah berat cenderung dihasilkan tembakau yang tebal dengan warna yang tua, serta aroma yang lebih menonjol. kemasaman tanah yang dikehendaki oleh tanaman tembakau adalah antara pH 5,0 sampai 6,0 (slamet, 1971).
Karakteristik tanah sebagai media tumbuh sangat menentukan pertumbuhan tanaman tembakau. kualitas tanah yang baik untuk mendukung keberlanjutan tanaman berproduksi dan bermutu tinggi diindikasikan dengan sifat-sifat fisik, kimia dan biologi tanah yang optimal dalam mendukung pertumbuhan tanaman. Namun demikian, observasi tentang karakteristik tanah pada umumnyahanya dilakukan pada salah satu sifat tanah dan pada musim tanam, sehingga korelasi antara sifat-sifat tanah dengan produksi dan mutu tembakau tidak dapat disimpulkan secara baik. Informasi tentang dinamika karakteristik tanah sangat diperlukan, baik untuk mengetahui potensi laju perubahan daya dukungnya maupun untuk mengetahui korelasi antara sifat-sifat tanah dengan produksi dan mutu tembakau.
Sifat-sifat fisik tanah yang diduga sangat menentukan produksi dan mutu tembakau adalah distribusi partikel tanah atau tekstur dan sifat permeabilitasnya. Tekstur tanah antara lain akan mengindikasikan mudah tidaknya penetrasi akar untuk tumbuh dan pengolahan tanah (Mullins et al, 1990). Parameter permeabiitas tanah akan menentukan mudah tidaknya air tergenang didaerah perakaran.hal tersebut terkait dengan sifat tanaman tembakau yang perakarannya dangkal dan menyebar, serta tidak tahan terhadap kelembaban taah tinggi atau terhadap genangan air.
Tembakau memerlukan ketersediaan unsur hara N, P, dan Kyang cukup untuk pertumbuhannya. misalnya, pada tembakau cerutu, untuk menghasilkan 1.500 kg krosok tembakau/ Ha diperlukan unsur hara N sebesar 200 kg N/ Ha. Pada setiap jenis tembakau memerlukan teknik budidaya yang spesifik. pada tembakau cerutu pemupukan dan pengairan harus disesuaikan, terutama pada kondisi air berlebihan.
Pemeliharaan tanaman yang cukup penting adalah pengendalian hama dan penyakit tanaman. Hama dan penyakit yang menyerang tanaman tembakau cukup banyak. Gagalnya produksi tembakau  disebabkan oleh serangan penyakit yang disebabkan oleh cendawan, bakteri maupun virus. Dalam menghadapi penyakit tembakau, yang penting bukanla tindakan pemberantasan, namun tindakan pencegahan. Tindakan pemberantasan sampai saat ini hampir tidak pernah berhasil (Sudarmo, 1987).
Tembakau mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi. Tembakau merupakan suatu bahan kenikmatan, sehingga faktor kualitas memegang peran penting. Tambakau telah banyak dibudidayakan di berbagai daerah, baik dataran tinggi ataupn dataran rendah. Adaptsi di berbagai lokasi terutama ditentukan oleh variets yang toleran terhadap lingkungan. Di Kabupaten Banyumas, tembakau bukan merupakan tanaman perkebunan utama. Tanaman tembakau telah dibudidayakan di Kabupaten Banyumas puluhan tahun silam, sekitar 50 sampai 65 tahun silam. luas lahan tembakau yang berproduksi adalah 60,75 Ha, sedang yang tidak berproduksi adalah 0,50 Ha, sehingga jumlah total luas lahan tanaman tembakau adalah 61,25 Ha. Produksi tembakau rajangan si lahan seluas 61,25 Ha adalah 33,18 ton daun kering, sehingga rata-rata produksi tembakau rajangan adalah 540 kg daun kering/ ha.
Kabupaten Banyumas potensial untuk pengembangan tanaman tembakau karena kondisi lingkungan cukup mendukung. hasil penelitian yang telah dilakukan oleh tim peneliti (Setiadji et al.,2009) memnunjukan bahwa lahan yang potensisal untuk dikembangkan untuk budidaya tembakau adalah di DAS serayu, khususnya kecamatan Rawalo dan Kebasen, Kabupaten Banymas. Hasil analisis usaha tani tembakau rajangan di kedua Kecamatan tersebut sangat bervariasi, yaitu keuntungan yang diperoleh petani dalam budidaya temmbakau per Haberkisar antara Rp 622.650,- sampai dengan 8.253.900,- dengan B/C ratio antara 12,2-86,01%. Keuntungan yang diperoleh masih rendah, karena pengelolaan lahan belum optimal, dan kekurangan air pada saat musim kemarau. Harga jual tembakau juga masih rendah, karena keterbatasan pemasaran, yaitu hanya untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal. Oleh karena itu, diperluka study lanjutan tentang model perbaikan lahan untuk meningkatkan hasil dan kualitas tembakau di Kabupaten Banyumas.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini merupakan percobaan lapang yang dilakukan di Desa Cindaga, Kecamatan Kebasen, Kabupaten Banyumas, yang dilaksanakan mulai bulan Juni 2011. Bahan yang digunakan antara lain adalah pupuk NPK 15,15,15 (dengan merk atau nama dagang Mutiara), pupuk kandang (kotoran sapi), pupuk Petroganik, dan pupuk Sida Mukti (Binaan lab. Tanah, Unsoed). Ukuran petak adalah 27 m x 13 m, yang dibagi menjadi 9 petak utama dan masing-masing petak utama dibagi menjadi 8 sub petak. Jarak tanam (60+40) cm x 60 cm, dengan populasi tanaman 576 tanaman. Tanam tanggal 8 Juli 2011 dengan umur tanaman 21 hari.
Perlakuan terdiri atas dua faktor yaitu komposisi pupuk dan dosis pupuk NPK. Tiga komposisi pupuk yaitu pupuk kandang + NPK, pupuk Petroganik + NPK, dan pupuk Sida Mukti + NPK. Dimana takaran pupuk NPK terdiri dari 5 aras, yaitu NPK 0 g, 3 g, 6 g, 9 g, dan 12 g. Keempat puluh lima rancangan tersebut di susun dalam rancangan petak terbagi atau Split Plot Design faktorial tiga ulangan.
Pupuk organik diberikan sebagai pupuk dasar yang diberikan pada setiap lubang tanam, dengan ditambahkan pupuk NPK setengah dari dosis yang telah ditentukan. Kemudian setengahnya lagi di berikan sehari setelah tanam. Perawatan atau teknik budidaya tanaman tembakau menyesuaikan teknik budidaya setempat.
Pengamatan pertumbuhan tanaman dilakukan setelah tanaman berumur dua sampai sepuluh minggu setelah tanam. pengamatan pertumbuhan dilakukan setiap dua minggu sekali, dengan variable pengamatan yaitu tinggi tanaman dan jumlah daun tanaman.
Pengamatan tanaman setelah umur 60 hari setelah tanam dilakukan dengan variable yang diamati yaitu bobot basah daun tanaman, bobot basah batang tanaman, bobot basah akar tanaman, bobot kering daun tanaman, bobot kering batang tanaman, bobot kering akar tanaman.
Pengamatan tanaman setelah panen, antara lain adalah pengamatan pada lebar daun, panjang daun, jumlah daun, bobot basah daun tanaman, bobot basah batang tanaman, bobot basah akar tanaman, bobot kering daun tanaman, bobot kering batang tanaman, dan bobot kering akar tanaman. Pengamatan tersebut dilakukan dengan mengambil tiga tanaman secara acak pada setiap anak petak percobaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar